Sabtu, 13 April 2013

Ternyata hati ini kotor...


  1. Aku  selalu berharap saat aku berlaku baik terhadap seseorang, maka orang itu akan berbuat baik juga terhadapku. Dulu, sebisa mungkin setiap sore aku menanyakan kepada semua temanku sekamar, siapa di antara mereka yang pengen nitip makan. Itu karena aku selalu berharap merasakan moment makan bersama. Bersama semuanya. Bukankah lebih enak makan bareng serentak dengan semua anggota kamar? Daripada ngeblok-ngeblok. Yang dua makan sekarang, yang lainnya makan nanti, eh ternyata yang lainnya lagi masih belum beli makan. Kan gak enak tuh. Itu yang dulu saya rasakan. Jadi entah sore, entah pagi, bahkan sempat moment order pagi dan sore tanpa aku memungut ujroh (upah nitip) sama sekali aku dengan riang menawarkan kepada mereka. Sampai saat aku bosan keluar, bosan beli makan, bosan menerima orderan titipan. Dimana saat itu adalah saat aku ingin dimanjakan oleh mereka. Aku ingin mendapat giliran itu. Aku ingin mereka menggantikan posisiku. Salah seorang atau secara bergilir. Aku ingin mereka menanyakan kepadaku “tari,, mau nitip makan??”... lama sekali saya menanti moment seperti itu. Dan sedihnya aku gak pernah merasakannya hingga sekarang. Lagi-lagi semua berpencar beli sendiri-sendiri. Dan aku gak pernah ditawari. Aku selalu menunggu. Dan beberapa kali aku terpaksa menawarkan diri. “aku mau nitip dong, boleh??” . mungkin ini massalah sepele. Tapi sungguh, bagiku ini menyedihkan. Walau lama-lama tetap saja harus aku anggap sebagai angin lalu. aku anggap tidak pernah terjadi apa2 dan aku anggap tidak pernah merasakan hal menyedihkan model ini. Hufhh.... jujur, curhat kayak gini sebenernya agak takut. Takut kalau dulunya sama malaikat di anggap pahala tapi ini, karena ternyata aku mengeluh layaknya orang yang gak ikhlas, jadi dihapus deh pahalanya... tapi mau gimana lagi... aku tetep butuh mencurahkan ini... *_*. Aku hanya ingin mengatakan, ‘bukankah ada yang salah dengan aku? Bukankah seharusnya aku tidak mengharapkan balasan? Bagaimana meluruskan hatiku ini?’
  2. Aku selalu berharap seseorang akan segera melakukan kewajibannya kepadaku saat aku sesegera mungkin melakukan kewajibanku terhadapnya. Gini, ceritanya aku itu dagang. Saat aku membeli sesuatu kepada seseorang, sebisa mungkin aku gak utang. Dan kalaupun utang, saat aku punya uang ya langsung aku bayar. Begitu pun saat aku pinjam. Tapi kenapa yang aku rasakan saat mereka utang sama aku kok gak gitu ya? Banyak di antara mereka menunda kewajiban membayar hutangnya kepadaku. Buat bayar nasi 2500 aja harus seminggu dua minggu. Bener-bener aku gak habis pikir deh. modal 2000 yang untungnya Cuma 500 harus nunggu cair selama 2 minggu?? Ampun boss!! Padahal tu modal harus aku putarin lagi. Wong niatku jual nasinya tiap hari. Lha kalo kasusnya begindang?? Gimana aku bisa dagang? Kalo yang melakukan itu hanya satu orang sih gak begitu bikin kepala benjol. Ini masalahnya rata-rata lelet pembayaran jhe.. itu baru kasus pada nasi. Belum pulsa. Wooooo.... bisa sampai berbulan-bulan bahkan sampai ada yang tahunan dan beberapa juga ada yang melupakan diri melakukan pembayaran. Aku kalo utang sama orang, sebisa mungkin aku yang mendatanginya dan membayarnya sebelum dia menagih. Tapi kenapa terhadapku banyak sekali yang menunggu aku mendatangi mereka untuk menagih? Mereka yang punya kewajiban kenapa jadi aku yang repot? Belum kalo saat mau nagih mereka gak ada dan tentu saja membuat aku harus mendatangi kamar mereka berkali-kali. Sungguh sangat rempong. Dan tak jarang sekian lama aku diamkan untuk menunggu reaksi mereka, menguji bagaimana mereka sadar dengan kewajiban yang mereka punya. Dan kalo aku udah sampai kepada puncak ketidaksabaran, tentu aku mendatangi mereka dengan amarah. Mendatangi satu persatu. Tak ayal nada tinggi selalu meliputiku. Dan setiap itu pula aku sering malu terhadap diriku sendiri. Kenapa aku selalu marah? Tidak bisakah emosi ini dikendalikan? Sikapku ini, wajar atau tidak wajar? ‘Salahkah jika Aku selalu berharap seseorang akan segera melakukan kewajibannya kepadaku saat aku sesegera mungkin melakukan kewajibanku terhadapnya??’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar